Misteri Pulau Nusakambangan |
Nusa Kambangan merupakan nama sebuah pulau di Jawa Tengah yang lebih dikenal sebagai tempat eksekusi para terpidana mati dan juga tempat dikurungnya orang-orang dengan kasus pidana berat. Nusa kambangan juga merupakan salah satu Lembaga Pemasyarakatan (LP) berkeamanan tinggi di Indonesia.
Pulau ini masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Cilacap dan tercatat dalam daftar pulau terluar Indonesia. Untuk mencapai pulau ini orang harus menyeberang dengan kapal feri dari pelabuhan khusus yang di kelola oleh sebuah Departemen R.I.
yaitu dari Pelabuhan Sodong menyebrang ke Cilacap, Jawa Tengah selama kurang-lebih lima menit dan bersandar di Pelabuhan feri Wijayapura di Cilacap.
Namun, tau kah anda jika pulau ini menyimpan segudang misteri yang memang telah dipercaya oleh para sipir yang berjaga disina? beberapa misteri bahkan di akui disaksikan langsung oleh para sipir disana.
Berikut ini adalah 4 Misteri yang ada di LP legendaris Nusa Kambangan:
1. Kijang emas kebal peluru
Malam itu Ageng memulai perburuan. Dia berangkat selepas magrib dari kediamannya di kompleks perumahan sipir Lembaga Pemasyarakatan Nirbaya, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Di tengah gelap dekat lokasi eksekusi Amrozi, Ageng melihat seekor kijang. Hewan dilindungi itu bertanduk kuning menyerupai emas dengan tanda putih di paha kiri.
Ageng lantas mengangkat senapan. Dia membidik ke arah sasaran. Sekejap kemudin terdengar bunyi letusan, namun kijang itu tidak tersungkur. Di mencoba lagi, hasilnya nihil. “Ditembak berkali-kali nggak mati,” katanya saat bercerita di atas bukit kapur Pulau Nusa Kambangan.
Bukannya lari, kijang sakti itu malah memutar lehernya ke belakang. Sontak Ageng kaget. Dia lantas membenamkan senapannya ke tanah dan mengarahkan lagi ke arah kijang. Hewan itu langsung lari tunggang langgang dan menghilang. “Katanya kalau nggak mempan, kita tinggal benamin pucuk senjata ke tanah. Eh ternyata benar dia lari,” ujarnya.
Bukan pertama kali Ageng menemui kijang emas saat berburu di Nusa Kambangan. Menurut dia, binatang ini kerap berpindah-pindah mengelilingi pulau itu. Kijang itu sering terlihat di areal eksekusi terpidana mati teroris Bom Bali I Amrozi dan Imam Samudera. “Sering terlihatnya di tempat eksekusi Amrozi,” ucap Ageng.
Anggota Ikatan Putra Putri Nusa Kambangan (IPANA) bernama Slamet membenarkan keberadaan hewan kebal tembak itu. Kejadian dialami Slamet sama seperti Ageng. Saat hendak menembak, senapan miliknya justru tak bisa meletus tanpa sebab jelas. Berkali-kali dia mengokang, berkali-kali pula dia gagal. “Setelah keluar dari hutan, baru bisa meletus,” tutur Slamet.
Kejadian aneh dialami Slamet terus berlanjut. Saat hendak pulang dia kesasar. Padahal jarak pintu masuk hutan dari tempat dia menemukan kijang emas hanya sekitar 15 meter. “Sempat nggak bisa pulang, padahal jalan keluarnya dekat,” katanya. Baru setelah membaca basmalah, Slamet bersama dua rekannya bisa menemukan jalan keluar. “Jalannya langsung kelihatan.”
Ageng dan Slamet meyakini kijang emas itu merupakan salah satu penjaga Nusa Kambangan. “Kayaknya salah satu penjaga pulau ini,” kata Ageng.
2. Akar mimang bikin kesasar
Letaknya tidak jauh dari pusat Kota Cilacap, Jawa Tengah. Namanya kesohor sejak zaman Belanda lantaran dikenal sebagai tempat para tahanan politik. Di pulau ini ada sebuah benteng peninggalan Belanda. Pulau itu kini dikenal karena penghuninya narapidana kelas kakap.
Kusni Kasdut, penjahat era 1980-an berperilaku seperti Zoro pernah mendekam di penjara Nusa Kambangan sebelum dihukum mati. Selain itu ada Jhony Indo, narapidana paling dicari dan tersohor lantaran berhasil melarikan diri dari Nusa Kambangan. Lalu ada terpidana teroris Bom Bali I, Amrozi dan kawanannya dan teranyar John Kei juga baru saja dipindahkan ke penjara kelas berat ini.
Banyak yang menyamakan Nusa Kambangan dengan penjara di Pulau Alcatraz, Teluk San Francisco, California, Amerika Serikat. Bedanya Alcatraz merupakan pulau karang sedangkan Nusa Kambangan ialah pulau dengan kekayaan alam melimpah dan banyak gua alam.
Namun keelokan pulau ini rupanya memiliki keangkeran. Jangan sembarangan masuk ke dalam hutan di Nusa Kambangan. Salah-salah bisa kesasar alias tidak bisa keluar. Salah satu jenis pohon paling dihindari yaitu akar mimang. Tumbuhan merambat ini tidak boleh dilangkahi. Jika hal itu dilakukan, ada kepercayaan bakal berputar-putar di tempat.
mencoba masuk ke dalam hutan saat mereportase di bukit kapur. Salah seorang pengantar, Ageng, bercerita soal pantangan melangkahi akar Mimang. “Ayo kita turun sebelum keluar akar Mimang,” katanya seraya menunjuk ke arah sebuah akar mimang di sebelah dia. “Iya ini akar mimang,” ujarnya dengan logat Cilacap kental dikenal dengan sebutan bahasa ngapak.
Jarum jam saat itu menunjukkan pukul lima sore. Keadaan mulai gelap ditambah suara hewan-hewan liar hutan mulai terdengar bersahutan.
Slamet membenarkan soal pantangan melangkahi akar mimang. Bila melangkahi pohon merambat itu bakal sulit mencari jalan pulang. Namun Slamet punya jurus jitu mengatasi hal itu. Orang tuanya dulu berpesan kalau hendak masuk hutan sebaiknya menandai pohon besar menggunakan golok sebagai tanda pengingat jalan. “Tergantung niat sebenarnya, selama baik pasti tidak apa-apa.”
3. Penunggu Mustika Biru
Ada cerita menarik dari Nusa Kambangan. Dibalik angkernya penghuni di dalam lembaga pemasyarakatan ada di sana, penunggu dipercaya dari alam gaib juga paling ditakuti di pulau ini. Seorang paranormal nyaris meninggal saat mengangkat batu Mustika Biru di Gua Ratu, Nusa Kambangan.
Ceritanya begini. Seorang paranormal kenamaan dari Jakarta dua tahun lalu datang ke sana. Dia lalu bersemedi seharian di dalam gua untuk mengambil mustika. Saat Mustika itu keluar, sang paranormal tidak sadarkan diri dan nyaris meninggal.
Beruntung saat itu seorang petugas lembaga pemasyarakatan menemukan dia. Paranormal itu diberikan segelas air dan langsung sadar. “Dia hampir mati, untung ada petugas lembaga pemasyarakatan menemukan dia,” kata Slamet, anggota Ikatan Putra Putri Nusa Kambangan (IPANA).
Menurut Slamet, cerita berkembang di masyarakat pesisir pantai Cilacap mengatakan paranormal itu ingin mengembalikan penunggu Gunung Gede ada di Sukabumi, Jawa Barat. Berdasarkan hasil tirakat di Gunung Gede, dia dibisiki untuk menjemput sang penghuni di Nusa Kambangan.
Karena jika tidak, bakal ada bencana di Gunung Gede. “Katanya bakal ada bencana, karena penunggunya pindah ke Nusa Kambangan,” ujar Slamet.
Selain Mustika Biru, Slamet mengungkapkan ada macan kumbang berkeliaran di dalam hutan. “Ciri-cirinya bau anyir,” ucapnya. Saat ini, kata Slamet, macan itu memakan ternak milik warga di Nusa Kambangan. Turunnya macan itu dipercayai lantaran di daerah Cilacap belum turun hujan. “Karena di atas nggak ada air,” ujarnya.
Namun macan ini belum pernah mencekam warga Nusa Kambangan. Binatang ini bakal lari jika bertemu warga. “Mungkin karena di sini tidak seperti di Kalimantan. Kalau di sana kan diburu,” tutur Slamet.
4. Kawuk pemakan mayat
Bentuknya seperti biawak, berkaki empat, pemakan daging. Penciumannya tajam persis komodo. Bedanya dengan dua hewan melata itu, kawuk berdiri, liar menyerang manusia. Warga Solok Timur, Pangandaran, Jawa Barat, pantang menyimpan mayat di rumahnya.
Solok secara wilayah masuk Nusa Kambangan, Jawa Tengah. Jika menyusuri melalui kapal nelayan bisa menghabiskan sekitar empat jam dari pesisir Cilacap. Tempatnya terisolasi dari kawasan pulau Alcatraz Indonesia itu. Akses tertutup dan medan sulit sebab jalan masih terbatas.
Heri, nelayan ikan sekaligus pengantar wisatawan lokal atau mancanegara, membuktikan dengan mata kepalanya sendiri. Gerombolan kawuk mengejar mayat temannya tewas di dekat perkampungan Solok Timur.
Penerangan di Solok belum memadai. Jika malam tiba, genset mulai dioperasikan memasok listrik di desa paling selatan itu. Mengurai rasa penasarannya dengan sosok binatang pencari bangkai itu, dia harus melindungi teman sesama nelayan.
“Sudah kemalaman, jenazah harus dibawa ke kapal. Soalnya kawuk datang sekitar sepuluh ekor, kita semua buru-buru bawa pergi,” katanya di atas kapal miliknya, di Cilacap, Jawa Tengah.
Penduduk Solok sudah terbiasa sejak matahari terbenam memilih berdiam diri rumah. “Kalau malam sudah jarang keluar rumah. Bila keluar minimal harus bawa golok,” ujar Heri.
Pulau seluas 21 ribu hektare itu memang cukup nyaman menjadi habitat binatang liar: macan kumbang, macan tutul, dan binatang melata. Konon pada 1990-an pernah dilepas setruk ular kobra di Nusa Kambangan. “Sekarang sudah ratusan mungkin, beranak
pinak,” tuturnya.
Heri mengatakan kondisi menakutkan memang disebar di pulau penjara kelas kakap itu. Selain cerita mistis, hewan-hewan jadi-jadian pun terekam oleh mata penduduk asli. “Ada juga hewan berkepala anjing, berbadan manusia penuh bulu. Sebutannya aul,” kata Heri.
Saat itu temannya sedang menebang pohon di tengah pulau. Menjelang sore sosok aul terlihat sekelebatan mata. Bentuknya aneh, jalannya miring, kepala dan badannya terbalik. “Dia nggak menyerang, jalan cepat langsung menghilang,” ujarnya.
Aul diyakini sebagai seseorang sedang menimba ilmu hitam. Sebelum ilmunya sempurna, orang itu berubah menjadi manusia serigala dan kerap memangsa kambing.
Tak ada mengetahui awal ceritanya. Kisah tak berujung seperti itu memang dibuat sengaja untuk menghindari pengunjung luar memasuki Nusa Kambangan. Alam menyimpan rahasianya dengan rapat.
0 komentar
Posting Komentar